Senin, 31 Januari 2011

-WAHYU ALLAH -

"Ingatlah bahwa
sesungguhnya
mereka adalah dalam
keraguan
tentang pertemuan dengan
Tuhan mereka, ingatlah,
bahwa
sesungguhnya Dia meliputi
segala sesuatu." (Al
Fushilat:54 )
Saya harus berhati-hati
menterjemahkan ayat ini,
karena
diperlukan ada ayat
pendukung
yang menyatakan kalimat DIA
MELIPUTI SEGALA SESUATU …
Karena didalam tafsir-tafsir
besar, seperti Fi Dhzilalil
Qur'an,
Jalalain, Shafwatut Tafaasir
Al
Munir, dan Al Qur'anul Karim
terjemahan departemen
Agama ,
`alaa innahu bikulli syaiin
muhiith' … bahwa
sesungguhnya
DIA maha meliputi segala
sesuatu ... ditafsirkan bahwa
yang meliputi segala sesuatu
itu
adalah ilmu-Nya, …
kekuasaan-
Nya, … atau kekuatan-Nya
(energi-Nya) dll. Kesimpulan
dari
semua tafsir-tafsir yang ada
bahwa yang meliputi segala
sesuatu adalah sifat-sifat-
Nya, …
bukan DIA (dzat), ... padahal
sifat-
sifat itu bergantung kepada
Dzat.
Kalau dilihat dari sejarah
perkembangan ilmu-ilmu
islam ...
mufassirin muncul saat
bersamaan adanya konflik
aliran
mazhab … diantaranya
empat
aliran popular pada masa itu
yaitu, mutakallimun, para
filosof,
al ta'lim dan para sufi. Dua
yang
pertama dalam mencari
kebenaran menggunakan
akal,
walaupun antara keduanya
terdapat perbedaan yang
besar
dalam prinsip penggunaan
akal
itu. Golongan yang ketiga
menekankan otoritas imam,
dan
yang terakhir menggunakan
Al
dzawq (intuisi/rasa)
Faham tasawuf berkembang
dengan terkenalnya prinsip
hulul
atau ittihad (bersatunya
hamba
dengan tuhan). Hal ini
mengakibatkan para
mufassir
tidak berani terang-terangan
menterjemahkan ayat ini
dengan
jelas, ... karena konflik itu
hingga
kini masih berlanjut. Sehingga
ayat ini menjadi musytarak
(banyak arti) padahal kata
DIA,
tidak perlu ditafsirkan lagi
dengan diluar diri-Nya. yang
akibatnya terlalu rancu
diterjemahkan dengan arti
sifat-
Nya … karena takut dituduh
termasuk memiliki faham
yang
sama dengan Al Hallaj !! yaitu
faham, Allah bersatu dengan
makhluknya. Akan tetapi
mereka
akan menemukan kesulitan
jika
hal ini tidak diterjemahkan
dengan apa adanya, …sebab
para
mufassir lainnya juga ikut-
ikutan
menterjemahkan DIA dengan
sifatnya yang meliputi segala
sesuatu, ... yaitu sifat ilmu,
kuasa,
kudrat, iradat-Nya
Padahal ayat ini menjelaskan
DIA
nya yang meliputi segala
sesuatu
yaitu Dzat-nya atau diri-Nya
yang
meliputi segala sesuatu, …
ialah
ALLAH yang meliputi segala
sesuatu, ... bukan sifat-Nya, ...
karena sifat itu sangat
bergantung kepada DZAT, …
seperti bergantungnya rasa
manis kepada dzat (wujud)
madu … manis itu tidak bisa
berdiri sendiri jika tidak ada
dzat
yang disifati, sehingga saya
lebih
berani menjelaskan
kesempurnaan-Nya
(bikamalatihi,
sifat ,asma dzat, dan af'al)
yaitu
Dzat Allah yang meliputi
segala
sesuatu sesuai dengan ayat-
ayat
berikut ini:
"… .wallahu muhithun bil
kaafirin
… artinya : Dan Allah meliputi
orang-
orang yang kafir" (Al
Baqarah:19)
"katakanlah : Dia-lah Allah
yang
maha Esa "
"Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya
segala
sesuatu" ( Al
Ikhlash: 1-2)
Baiklah saya nukilkan apa
yang
tertera di dalam kitab suci Al
qur'an, dimana setiap yang
disebut wahyu itu bukanlah
hanya wahyu tasysi', atau
wahyu
syari'at, tetapi juga wahyu
ilham.
Yaitu Allah memberikan
perintah-
perintah atau instruksi-
instruksi
kepada makhluqnya.
"Dan tuhanmu mewahyukan
kepada lebah" ( An nahl:18)
"Dan Kami wahyukan kepada
ibu
Musa" ( Al Qashas:7)
"Da ia mewahyukan kepada
tiap-
tiap langit itu urusan masing-
masing" ( Al Fushilat:12)
Kata wahyu yang tertera
dalam
ayat-ayat diatas , secara
tegas
menyatakan bahwa Allah
tidak
menutup-nutupi kepada kita,
bahwa bukan siapa-siapa
yang
membisikkan dan
menggerakkan
tubuh manusia, yang oleh
pakar
disebut alam kecil
(mikrokosmos)
atau gambaran mini tentang
alam semesta, dan DIA lah
yang
bersembunyi (Al bathin)
dibalik
kasat mata manusia. DIA yang
menggerakkan bumi, langit,
bintang-bintang, matahari, ...
dan
mengajarkan lebah dan
menuntunnya dalam
membuat
kontruksi bangunan
rumahnya
yang indah. Masing-masing
dibekali wahyu dari Tuhannya
untuk melaksanakan tugas-
Nya
tanpa membantah, sehingga
jalan mereka tidak
berbenturan
dengan fitrah Allah yang
Maha
suci
Kemudian dia mengarah
kepada
langit yang masih berupa
kabut
lalu Dia berkata kepadanya
dan
pada bumi ; "silahkan kalian
mengikuti perintah-Ku
dengan
suka hati atau terpaksa .
jawab
mereka : kami mengikuti
dengan
suka hati" ( Al Fushilat: 11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar